BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pola eksplanasi (explanatory)
merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel
yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Dalam explanatory, dilakukan dalam dua tahap, pada
tahap pertama lebih menekankan pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif
kemudian dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan atau
menjelaskan lebih lanjut temuan kuantitatif. (Dale dalam (Lodico,
Spaulding, & Voegtle, 2006).
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di seluruh Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo. Waktu penelitian
berlangsung selama 6 (Enam) bulan
4.3.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tentang apa yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007). Populasi adalah Semua orang atau
benda dari mana sampel terpilih (Greener,
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Dosen di
Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo sejumlah 672 orang.
Tabel
4.1
Jumlah
Populasi Penelitian
No
|
Perguruan
Tinggi
|
Jumlah
Dosen
|
1
|
Universitas Ichsan Gorontalo
|
223
|
2
|
Universitas Gorontalo
|
114
|
3
|
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
|
134
|
4
|
Politeknik Gorontalo
|
37
|
5
|
STMIK Ichsan
|
42
|
6
|
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna
|
31
|
7
|
STITEK Bina Taruna
|
14
|
8
|
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ichsan
|
23
|
9
|
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen dan Bisnis Gorontalo
|
19
|
10
|
STIM Boalemo
|
10
|
11
|
STIKES Bina Mandiri Gorontalo
|
14
|
12
|
STIKES Bakti Nusantara Gorontalo
|
14
|
|
Jumlah
|
672
|
Sumber : PortalDikti dan Kopertis Wil
IX Sulawesi, 2016
Dari 672 orang dosen yang
ada, sekitar 36,31% atau 244 orang memiliki jabatan fungsional Asisten Ahli, 10,57%
atau 71 orang memiliki jabatan fungsional lektor dan 1,04% atau 7 orang yang
memiliki jabatan fungsional lektor kepala. Secara Absolut dosen berpangkat
Asisten Ahli sampai Lektor Kepala sebanyak 322 orang. Dosen yang memiliki pangkat
akademik merupakan populasi yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode cluster
dan stratified random sampling, yakni
berdasarkan jenis Perguruan Tinggi, tingkatan kepangkatan dan strata tingkat
pendidikan. Karakteristik tersebut dianggap dapat mewakili informasi yang cukup
heterogen mengenal karakteristik dosen. Responden yang berjumlah 322 orang
telah mencapai batas minimal untuk melakukan analisis persamaan struktural,
yaitu 100 orang (Kline,
2011). Penentuan sampel responden yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah melalui Non Probability
Sampling pada kuota
tertentu, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria responden
yang memenuhi tujuan penelitian sampai pada jumlah responden tertentu
berdasarkan jumlah sampel yang telah ditentukan.
4.4.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam
penelitian ini adalah data primer yaitu data penelitian yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung dari sumber asli (responden). Sumber data dalam penelitian
ini diperoleh dari jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada responden yang
berasal dari Dosen Perguruan Tinggi Swasta di Gorontalo.
4.5.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu:
1)
Kuesioner
Merupakan sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Kuesioner
dalam penelitian ini dibagikan kepada responden untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan variabel Personality
(kepribadian), Ability (kemampuan)
dan dukungan organisasi, Kepuasan kerja, komitmen organisasi dan Kinerja Dosen.
Kuesioner yang digunakan adalah angket tertutup (closed from questioner) yaitu kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga responden hanya memberikan
jawaban yang telah disediakan.
Kuisioner disebarkan ke
beberapa perguruan tinggi dengan cara menyerahkan langsung kepada perguruan
tinggi, kemudian melakukan appoinment untuk menentukan waktu pengembalian
kuisioner. Melalui cara tersebut, seluruh kuisioner terdistribusi seluruhnya.
Berdasarkan sebaran
kuisioner tersebut, maka jumlah kuisioner yang layak untuk dilanjutkan kedalam
penelitian sebagai berikut:
Tabel
4.2.
Sebaran
Kuisioner yang Layak Dilanjutkan Dalam Penelitian
Perguruan
Tinggi
|
Populasi
Sasaran
|
Populasi
Sampling
|
Kuisioner
Kembali
|
Kuisioner
batal
|
Kuisioner
yang diolah
|
Univ Ichsan
|
223
|
115
|
41
|
0
|
41
|
Univ Gorontalo
|
114
|
66
|
47
|
0
|
47
|
Univ Muhammadiyah Gorontalo
|
134
|
22
|
12
|
1
|
11
|
Poligon
|
37
|
15
|
15
|
0
|
15
|
STMIK Ichsan
|
42
|
17
|
15
|
0
|
15
|
STIA Bina Taruna
|
31
|
15
|
11
|
0
|
11
|
STITEK Bina Taruna
|
14
|
6
|
6
|
2
|
4
|
STIE Ichsan
|
23
|
22
|
22
|
0
|
22
|
STIMB
|
19
|
17
|
17
|
0
|
17
|
STIM Boalemo
|
10
|
8
|
8
|
0
|
8
|
STIKES Bina Mandiri Gorontalo
|
14
|
8
|
8
|
0
|
8
|
STIKES Bakti Nusantara Gorontalo
|
11
|
11
|
11
|
0
|
11
|
Jumlah
|
672
|
322
|
213
|
3
|
210
|
Sumber : Data diolah untuk kepentingan
Disertasi, 2017
2)
Wawancara
Pedoman wawancara dibuat
untuk memudahkan peneliti berkomunikasi dengan responden yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk melengkapi pengetahuan dan pemahaman terhadap sampel
penelitian. Wawancara ini dilakukan kepada beberapa responden dengan harapan
adanya konsistensi jawaban responden terhadap Quisioner yang diisi.
4.6.
Variabel Penelitian dan Defenisi
Operasional
4.6.1. Personality
(Kepribadian)
Personality (kepribadian), merupakan sifat atau
karakter yang melekat dalam diri setiap dosen berupa; keramahan (agreeableness) Kehati-hatian (conscientiounsness), stabilitas emosi (emotional stability), ekstraversi (extroversion), keterbukaan pada
pengalaman (openness to experience)
4.6.2. Ability
(Kemampuan)
Tingkat kemampuan yang dimiliki setiap dosen
dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi berupa kemampuan penalaran, kecerdasan
emosional, kemampuan verbal dan kemampuan kuantitatif
4.6.3. Dukungan
Organisasi
Persepsi dukungan
organisasi yang dirasakan dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi,
seperti dukungan atasan dan penghargaan organisasi.
4.6.4. Kepuasan
Kerja
Suatu perasaan yang
diungkapkan oleh dosen dalam suatu perguruan tinggi bilamana kenyataan yang
diterimanya sesuai dengan harapannya berupa kepuasan Intrinsik dan kepuasan
Ekstrinsik
4.6.5. Komitmen
Organisasi
Merupakan sikap loyal yang
ditunjukkan oleh seorang dosen terhadap organisasi tempatnya bekerja
4.6.6. Kinerja
Dalam hal ini kinerja yang
dimaksud adalah kinerja Dosen. Yakni, bilamana Dosen mampu melaksanakan
Tridharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian serta
Pengabdian pada masyarakat.
4.7.
Instrumen Penelitian
4.7.1. Personality
(kepribadian)
Variabel Personality (kepribadian) dalam
penelitian ini diukur dengan Lima Besar ciri-ciri Personality (kepribadian) (Big
Five Personality Traits) diadaptasi dari Costa dan McCrae dalam (Yang
& Hwang, 2014) (McCrae
et al., 1998); Goldberg, L.R dalam (Colquitt, et al., 2014); Wang dan Mount dalam (Robbins
& Judge, 2014); Barrick dan Mount dalam (Griffin
& Moorhead, 2014); John A
Wagner & Hollenbeck (2010); John R.
Schermerhorn (2007) dengan lima indikator yaitu:
a.
Keramahan (Agreeableness)
b.
Kehati-hatian
(Conscientiounsness)
c.
Stabilitas
Emosi (Emotional stability)
d.
Ekstraversi
(Extroversion)
e.
Keterbukaan
pada pengalaman (Openness to experience)
Pengukuran variabel Personality (kepribadian) diukur dengan
menggunakan skala Interval antara 1 sampai dengan 5. Skor terendah (1) dari
jawaban responden menunjukkan sangat rendahnya tingkat Personality (kepribadian) dan skor tertinggi (5) menunjukkan sangat
tingginya tingkat Personality
(kepribadian).
4.7.2. Ability
(kemampuan)
Ability (kemampuan) diukur dengan 4 indikator
yang diadaptasi dari Spencer and Spencer (1993) dalam (Rachman,
2012); Johnson dan Cullen dalam (Colquitt, et al., 2014); John A
Wagner & Hollenbeck (2010), yaitu:
a.
Kemampuan
Verbal
b.
Kemampuan
Kuantitatif
c.
Kemampuan
Penalaran
d.
Kecerdasan
emosional.
Pengukuran variabel Ability (kemampuan) diukur dengan
menggunakan skala Interval antara 1 sampai dengan 5. Skor terendah (1) dari
jawaban responden menunjukkan sangat rendahnya tingkat Ability (kemampuan) dan skor tertinggi (5) menunjukkan sangat
tingginya tingkat Ability (kemampuan)
4.7.3. Dukungan
Organisasi
Persepsi dukungan
organisasi diukur dengan 3 indikator dari item original yang dikembangkan dalam
Survei Persepsi Dukungan Organisasional diadaptasi dari Robert
Eisenberger, et al (1986); Robert
Eisenberger, et al (2002) dan Chiang
& Hsieh (2012), antara lain:
a.
Dukungan
atasan
b.
Penghargaan
organisasi
4.7.4. Kepuasan
Kerja
Kepuasan kerja diukur
dengan 2 indikator yang diadaptasi dari Porter dan Lawler dalam (Yang
& Hwang, 2014); John R.
Schermerhorn (2007); Weiss
et al (1967), yaitu:
a.
Kepuasan
Intrinsik
b.
Kepuasan
Ekstrinsik
Pengukuran variabel
kepuasan kerja dilakukan dengan menggunakan skala Interval antara 1 sampai
dengan 5. Skor terendah (1) menunjukkan sangat rendahnya kepuasan kerja dan
skor tertinggi (5) menunjukkan sangat tingginya kepuasan kerja.
4.7.5. Komitmen
Organisasi
Variabel komitmen
organisasi diukur mennggunakan 3 indikator yang diadaptasi dari Allen
& Meyer (1990), Robbins & Judge (2014), Colquitt, et al
(2014), yaitu:
a)
Komitmen
Afektif: Kebanggaan pada perusahaan
b)
Komitmen
Continuance : Kebutuhan terhadap
pekerjaan
c)
Komitmen
Normative: Kewajiban untuk memberikan
hasil yang terbaik.
Variabel komitmen
organisasi tersebut di atas diukur dengan menggunakan skala Interval antara 1
sampai dengan 5. Skor terendah (1) dari jawaban responden yang menunjukkan
sangat rendahnya komitmen organisasi yang ada, sebaliknya skor tertinggi (5)
menunjukkan sangat tingginya komitmen organisasi yang ada.
4.7.6. Kinerja
Variabel Kinerja Dosen
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 3 indikator yang diadaptasi dari
Fortunato dan Waddell (1981) Dalam (Anggraeni,
2014), yaitu:
a)
Pendidikan
dan pengajaran
b)
Penelitian
dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
c)
Pengabdian
pada masyarakat
Pengukuran variabel
Kinerja Dosen dilakukan dengan menggunakan skala Interval antara 1 sampai
dengan 5. Skor terendah (1) menunjukkan sangat rendahnya Kinerja Dosen dan skor
tertinggi (5) menunjukkan sangat tingginya Kinerja Dosen
Tabel
4.3
Konstruk,
Sumber dan Indikator
No
|
Konstruk
|
Dimensi
|
Indikator
|
1
|
Personality (kepribadian)
|
a.
Keramahan (Agreeableness)
b.
Kehati-hatian
(Conscientiounsness)
c.
Stabilitas
Emosi (Emotional stability)
d.
Ekstraversi
(Extroversion)
e.
Keterbukaan
pada pengalaman (Openness to experience)
|
1.
Mudah
untuk mempercayai orang lain
2.
Melakukan
yang terbaik untuk membantu orang lain
3.
Bekerja
dengan penuh tanggung jawab
4.
Teliti
dengan pekerjaan
5.
Tidak
mudah gugup
6.
Menangani
tekanan dengan baik
7.
Tegas
kepada siapa saja
8.
Berjiwa
seorang pemimpin
9.
Selalu
berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru
|
2
|
Ability (Kemampuan)
|
a.
Kemampuan
Verbal
b.
Kemampuan
Kuantitatif
c.
Kemampuan
Penalaran
d.
Kecerdasan
emosional
|
1.
Menghidupkan
suasana kelas dalam proses pembelajaran
2.
Menggunakan
bahasa secara efektif
3.
Menggunakan
beragam teknologi komunikasi
4.
Memecahkan
masalah secara akurat
5.
Menyampaikan
pendapat
6.
Kemampuan
menerima kritik
7.
Mengendalikan
diri dalam berbagai kondisi
8.
Menata
emosi dalam diri
|
3
|
Dukungan Organisasi
|
a.
Dukungan
atasan
b.
Penghargaan
Organisasi
|
1.
Sarana
prasarana yang lengkap dalam proses pembelajaran
2.
Bantuan
dana untuk penelitian
3.
Bantuan
dana dalam kegiatan pengabdian masyarakat
4.
Pengembangan
karier dosen
5.
Tunjangan
hari tua untuk dosen
6.
Kesediaan
memberikan bantuan
|
4
|
Kepuasan Kerja
|
a.
Kepuasan
Intrinsik
b.
Kepuasan
Ekstrinsik
|
1.
Gaji
yang sesuai dengan prestasi
2.
Tunjangan
yang adil
3.
Tingkat
Kesejahteraan
4.
Penghargaan
atas prestasi
5.
Jaminan
keamanan dalam bekerja
6.
Sistem
promosi jabatan
|
5
|
Komitmen Organisasi
|
a.
Komitmen
Afektif
b.
Komitmen
Continuance
c.
Komitmen
Normative
|
1.
Perasaan
senang untuk menghabiskan sisa karir pada tempat kerja
2.
Melakukan
usaha maksimal untuk membantu organisasi mencapai tujuannya
3.
Keberadaan
dalam organisasi didasarkan atas keharusan bukan karena keinginan
4.
Asumsi
bahwa meninggalkan pekerjaan, akan menderita
5.
Perasaan
loyal terhadap organisasi
6.
Perasaan
berkorban demi organisasi
|
6
|
Kinerja
|
a.
Pendidikan
dan pengajaran
b.
Penelitian
dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
c.
Pengabdian
pada masyarakat
|
1.
Mengembangkan
materi pelajaran sesuai GBPP
2.
Menyediakan
waktu khusus kepada mahasiswa untuk bimbingan
3.
Melakukan
penelitian tiap semester
4.
Aktif
mengikuti kegiatan diskusi ilmiah
5.
Memberikan
penyuluhan yang bermanfaat kepada masyarakat tentang isu-isu yang terkait
dengan pembangunan masyarakat sesuai bidang saya
6.
Aktif
menulis hasil karya pengabdian pada masyarakat
|
Sumber : Beberapa Penelitian terdahulu,
2016
4.8.
Teknik Analisis Data
Metode analisis data
menggunakan metode statistik dengan bantuan program AMOS dengan tahapan
pengujian sebagai berikut:
4.8.1 Uji
Validitas dan Reliabilitas
Validitas alat ukur
berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam menentukan fungsi alat ukurnya. Suatu alat ukur
dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukannya
pengukuran tersebut. Validitas instrument dalam penelitian ini diukur dengan
validitas isi yang berarti sejauh mana item-item dalam skala mencakup
keseluruhan kawasan isi obyek yang akan diukur. Ghozali (2013) menyatakan bahwa
bilangan koefisien satu skor suatu indikator dengan total seluruh indikator
lebih besar atau sama dengan 0,3 (≥ 0,3) maka instrumen tersebut dianggap
valid.
Uji reliabilitas merupakan
konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Quisioner
sebagai alat ukur dikatakan konsisten bila dalam mengukur sesuatu secara
berulang kali memberikan hasil konsisten berarti bagaimana item pertanyaan
tersebut apabila pengukuran lebih besar dari sekali untuk suatu kejadian dengan
alat ukur yang sama, maka hasilnya akan relatif sama. Ghozali (2013) menyatakan
bahwa bilangan lebih besar atau sama dengan 0,6 (≥ 0,6) maka instrumen tersebut
dianggap Reliabel.
4.8.2. Analisis
Deskriptif
Analisis Deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan persentase masing-masing variabel yaitu Personality (kepribadian), Ability (kemampuan), dukungan organisasi,
kepuasan kerja, komitmen organisasi dan Kinerja Dosen Perguruan Tinggi Swasta
di Gorontalo. Pengukuran pada variabel dilakukan dengan menggunakan skala
Likert dengan lima alternatif jawaban masing-masing diberi skor yaitu : Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS),
yang digunakan untuk mengukur variabel independen dan variabel dependen.
4.8.3. Analisis
Statistik Inferensial
Hubungan kausal yang
dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan model yang tidak sederhana, hal ini
terlihat adanya variabel dalam model tersebut yang berperan ganda, yaitu
variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Di satu sisi, variabel
tersebut sebagai variabel dependen dalam kaitannya dengan variabel Personality (kepribadian), Ability (kemampuan) dan dukungan organisasi
namun menjadi variabel independen dalam kaitannya dengan variabel kinerja.
Bentuk hubungan kausal seperti ini membutuhkan alat analisis yang mampu
menjelaskan secara simultan tentang hubungan tersebut, sehingga metode
statistik inferensial yang bisa digunakan dalam analisis data penelitian ini
adalah Structural Equation Modeling
(SEM) dengan bantuan software AMOS (Kline,
2011).
Penggunaan SEM sebagai
alat analisis, selain didasarkan pada alasan kerumitan model yang digunakan,
juga didasarkan adanya keterbatasan dari alat analisis multidimensi yang sering
digunakan dalam penelitian kuantitatif, seperti multiple regression, factor analysis, descriminant analysis, dan
lainnya. Beberapa alat analisis tersebut memiliki kelemahan utama, yaitu hanya
dapat menganalisis satu hubungan pada satu waktu, dalam bahasa penelitian dapat
dinyatakan bahwa teknik analisis tersebut hanya dapat menguji satu variabel
dependen melalui beberapa variabel independen. Pada kenyataannya, penelitian
manajemen dihadapkan pada situasi bahwa ada lebih dari satu variabel dependen
yang harus saling dihubungkan untuk diketahui derajat interrelasinya.
4.8.4. Uji
Structural Equation Modeling (SEM)
Asumsi-asumsi yang harus
dipenuhi dalam prosedur dan pengolahan data yang dianalisis dengan pemodelan
SEM adalah sebagai berikut :
1)
Ukuran
sampel
Ukuran sampel yang harus
dipenuhi dalam pemodelan ini adalah minimum berjumlah 100 dan selanjutnya
menggunakan perbandingan 5 - 10 observasi untuk setiap estimated parameter.
Contoh, misalnya dalam penelitian ini ada 33 parameter maka sampel yang
digunakan adalah minimal 165 sampel (5 X 33). Untuk memenuhi syarat analisis
dengan metode Structural Equation Model
(SEM), membutuhkan sampel minimal 5-10 kali jumlah variabel indikator/manifest
yang digunakan, apalagi dalam pengujian Chi-Square
model SEM yang sensitif terhadap jumlah sampel. Oleh karena itu di dalam
penelitian ini menggunakan 165 sampel.
2)
Normalitas dan Linearitas
Sebaran data harus
dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas
dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat
gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik
untuk normalitas terhadap data
tunggal maupun normalitas multivariat
dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Uji Linearitas dapat dilakukan dengan
mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat
pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya Linearitas.
3) Outlier
Uji data outlier ada dua cara:
a)
Mendeteksi
terhadap univariate outliers dengan
mengamati Z score. Bila data memiliki nilai Z score ± 4,0 berarti ada nilai outlier.
b)
Bila
dideteksi terhadap multivariate outliers,
nilai Chi-Square pada tingkat signifikan 0,01 maka tidak terjadi multivariate outliers.
4)
Langkah-langkah
Pengujian SEM
Terdapat tujuh langkah pengujian
dengan pemodelan SEM (Lee,
2007; Kline,
2011; Byrne,
2010) yaitu
Langkah
Pertama: Pengembangan
Model Teoritis Dalam langkah pengembangan model teoritis, hal yang harus
dilakukan adalah melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka
guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. SEM
digunakan bukan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk
mengkorfirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik.
Langkah
Kedua: Menyusun path
diagram untuk menyatakan hubungan kausalitas. Dalam langkah kedua ini, model
teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah
path diagram, yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas
yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan dinyatakan
melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal
yang langsung antara satu konstruk dengan konstruk lainnya. Sedangkan
garis-garis antar konstruk dengan anak panah disalah satu pada setiap ujungnya
menunjukkan korelasi antara konstruk. Konstruk yang dibangun dalam diagram alur
dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:
a.
Konstruk
eksogen (exogenous constructs), yang
dikenal juga sebagai source variabel
atau independent variabel yang tidak
diprediksi oleh variabel yang lain dalam model.
b.
Konstruk
endogen (endogenous constructs), yang
merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk.
Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya.
Berikut
ini gambar diagram path untuk model pengukuran.
Gambar 4.1. Diagram Path Model Pengukuran
Langkah
Ketiga:
Menterjemahkan ke dalam persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran.
Persamaan yang didapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari:
a)
Persamaan
struktural (struktural equation), yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan
kausalitas antar berbagai konstruk.
b)
Persamaan
spesifik model pengukuran (measurement
model), dimana harus ditentukan variabel yang mengukur konstruk dan menentukan
serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk
atau variabel. Komponen-komponen ukuran mengidentifikasi latent variabel, dan
komponen-komponen struktural mengevaluasi hipotesis hubungan kausal, antara
latent variabel pada model kausal dan menunjukkan sebuah pengujian seluruh
hipotesis dari model sebagai satu keseluruhan. Sisi sebelah kiri dari tiap
persamaan dari model pengukuran yang diajukan merupakan observed variabel
(variabel yang dapat diamati secara langsung) dan sisi sebelah kanan untuk
unobserved variabels (variabel yang tidak dapat diamati secara langsung)
Langkah
Keempat: Memilih
matriks input dan model/ teknik estimasi. SEM menggunakan input data yang hanya
menggunakan matriks varians/kovarians atau matrik korelasi untuk keseluruhan
estimasi yang dilakukan. Matrik kovarian digunakan karena SEM memiliki
keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang
berbeda atau sampel yang berbeda, yang tidak dapat disajikan oleh korelasi. (Kline,
2011) menyarankan agar menggunakan matriks varians/kovarins
pada saat pengujian teori sebab lebih memenuhi asumsi-asumsi metodologi dimana
standar error yang dilaporkan akan menunjukkan angka yang lebih akurat
dibanding menggunakan matriks korelasi.
Langkah
Kelima: Menilai
problem identifikasi Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem
mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem
identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan mengembangkan
lebih banyak konstruk.
Langkah
keenam: Evaluasi
Model Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui telaah
terhadap berbagai kriteria goodness of
fit. Goodness of fit merupakan
indikasi dari perbandingan antara model yang dispesifikasi dengan matriks
kovarian antara indikator atau observed variabel. Jika goodness of fit yang dihasilkan suatu model itu baik, maka model
tersebut dapat diterima dan sebaliknya jika goodness
of fit yang dihasilkan suatu model itu buruk, maka model tersebut harus
ditolak atau dilakukan modifikasi model. Secara keseluruhan terdapat tigas
jenis ukuran goodness of fit yaitu
(1) absolut fit indices (2) incremental
fit indices (3) parsimony fit indices.
Dalam suatu penelitian empiris, seorang peneliti tidak dituntut untuk memenuhi
dan atau melaporkan semua kriteria GoF model, karena hal ini tentunya akan
sulit dilakukan mengingat banyaknya ukuran overall fit model pada CB-SEM.
1)
Garson
(2012) dalam Latan (2013) merekomendasikan untuk hanya melaporkan CMIN, RMSEA,
salah satu dari baseline fit (CFI, IFI, NFI, RFI, TLI), salah satu dari
parsimony fit (PNFI, PCFI) dan salah satu dari information theory (AIC, BIC,
CAIC, BCC, ECVI, MECVI)
2)
Kline (2011) merekomendasikan untuk hanya
melaporkan chi-square, df, probability, CFI, RMSEA dan SRMR
GoF yang tinggi bukan
berarti hubungan antar variabel menjadi kuat atau variabel eksogen berpengaruh
terhadap variabel endogen. Dan sebaliknya jika terdapat satu atau dua ukuran
GoF yang buruk, bukan berarti terjadi kesalahan pada model struktural, akan
tetapi karena pengukuran mode yang lemah. Baik buruknya GoF model sangat
tergantung dari jumlah indikator per konstruk (minimal direkomendasikan > 3
indikator per konstruk) dan jumlah sampel untuk estimasi parameter model.
Untuk itu tindakan pertama
yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi
asumsi-asumsi SEM. Bila asumsi ini sudah dipenuhi, maka model dapat diuji
melalui berbagai cara uji yang diuraikan dibawah ini.
Berikut ini disajikan
beberapa indeks kesesuaian dan cut-off
value yang digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau
ditolak.
a)
Chi-square (χ2). Chi-square sering disebut juga “-2
log likelihood” merupakan kriteria fit indices yang dikembangkan oleh Joreskog
(Latan, 2013). Nilai chi-square menunjukkan adanya penyimpangan antara sample
covariance matrix dan model (fitted)
covariance matrix. Namun nilai chi-square hanya akan fit apabila ukuran sampel
yang digunakan adalah besar atau asymptotic (Hox, Garson) dalam (Latan, 2013)
dan memenuhi asumsi multivariate normality. Fungsi chi-square dirumuskan
sebagai berikut χ2 = (N -1) F ,
dimana N sama dengan besarnya sampel dan F sama dengan disrepancy. Model
dikatakan fit jika mempunyai nilai chi-square (P) > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan
antara input matriks kovarian yang diobservasi dengan model yang diprediksi.
b)
RMSEA (The Root Mean Square Error of
Approximation),
dikembangkan oleh Steiger dan Lind (Latan, 2013). RMSEA mengukur penyimpangan
nilai parameter suatu model dengan matriks kovarians populasinya (Browne dan
Cudeck dalam Latan, 2013). Nilai RMSEA yang ≤ 0,05 mengindikasikan fit model
sangat baik (Scumacker dan Lomax dalam Latan, 2013). RMSEA ≤ 0,06 – 0,08
mengindikasikan GoF model cukup baik (Chen et al dalam Latan, 2013) dan nilai
RMSEA di atas 1,00 mengindikasikan model perlu untuk diperbaiki (Browne dan Cudeck dalam Latan, 2013).
c)
GFI (Goodness of Fit Index), adalah merupakan kriteria fit
indices yang dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (Latan, 2013) untuk metode
estimasi ML dan ULS dan dikembangkan lebih lanjut oleh Tanaka dan Huba (Latan,
2013) untuk metode estimasi GLS. GFI merupakan tingkat kesesuaian model secara
keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat model yang diprediksi
dibandingkan dengan data observasi yang sebenarnya. Nilai GFI dapat dihitung
dari 1 – Chi Square untuk default model dibagi dengan chi-square untuk null
model. Nilai GFI akan berkisar dari 0-1. Semakin besar nilai ini menunjukkan
spesifikasi model yang baik. Nilai GFI yang dianjurkan sebagai ukuran fit model
adalah > 0,90. Sedangkan Schumacker dan Lomax (Latan, 2013) merekomendasikan
nilai > 0,95.
d)
AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), merupakan kriteria fit indices yang
dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (Latan, 2013). AGFI merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk
proposed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai AGFI yang
direkomendasikan untuk indikasi model fit adalah ≥ 0,90 (Schumacker dan Lomax,
dalam Latan, 2013). Jika nilai AGFI > 1,0 mengindikasikan bahwa model
just-identified dan jika < 0 mengindikasikan bahwa model mempunyai fit yang
buruk.
e)
CMIN/DF
(χ2/df) adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF sering
disebut “normal chi square” merupakan kriteria yang dikembangkan oleh Wheaton,
et al (Latan, 2013). Carmines dan McIver (Latan, 2013) menyatakan bahwa nilai
CMIN/DF ≤ 3 dan ≥ 2 maka model dapat diterima. Schumacker dan Lomax (Latan,
2013) menyatakan bahwa nilai CMIN/DF yang dapat diterima adalah ≤ 2 dan jika
< 1 maka dapat disimpulkan bahwa model sangat fit.
f)
TLI
(Tucker Lewis Index), atau sering
disebut rho2 merupakan kriteria fit indices yang dikembangkan oleh Tucker dan
Lewis (Latan, 2013). Ukuran ini membandingkan model yang diuji dengan baseline
model. Nilai TLI yang direkomendasikan untuk indikasi model Fit adalah >
0,90 (Schumacker dan Lomax, dalam Latan ; 2013), sedangkan Hu dan Bentler
(Latan, 2013) mengusulkan nilai sebesar > 0,95.
g)
CFI
(Comparative Fit Index), merupakan
kriteria fit indices yang dikembangkan oleh Bentler (Latan, 2013). CFI juga
dikenal dengan Bentler Fit Index (BFI). CFI merupakan ukuran perbandingan
antara model yang dihipotesiskan dengan null model. Nilai CFI yang
direkomendasikan untuk indikasi model fit adalah > 0,90 (Schumacker dan
Lomax dalam Latan, 2013) sedangkan Brown; Hu dan Bentler (Latan, 2013)
mengusulkan nilai > 0,95.
Dengan demikian
indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah
seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel
4.4.
Kriteria
Goodness of Fit Index
Goodness of Fit Index
|
Cut-of-Value
|
χ2-Chi-square
Significaned
ProbAbility
RMSEA
GFI
AGFI
CMIN/DF
TLI
CFI
|
Diharapkan Kecil
≥ 0,05
≤ 0,08
≥ 0,90
≥ 0,90
≤ 2,00
≥ 0,90
≥ 0,90
|
Sumber: Greener
(2008), Kline (2011)
dan Byrne (2010)
Langkah
Ketujuh: Interpretasi
dan modifikasi model. Tahap terakhir ini adalah menginterpretasikan model dan
memodifikasi model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang
dilakukan. Memberikan pedoman untuk mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi
sebuah model dengan melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model.
Batas keamanan untuk
jumlah residual adalah 5%. Bila jumlah residual lebih besar dari 2% dari semua
residual kovarians yang dihasilkan oleh model, maka sebuah modifikasi mulai
perlu dipertimbangkan. Bila ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan
model cukup besar (>2.58) maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan
mempertimbangkan untuk menambah sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi
itu. Nilai residual value yang lebih besar atau sama dengan 2.58 diinterpretasikan
sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 5 %.
Berdasarkan kerangka model
hubungan antar variabel pada gambar 3.1 dan 4.1 diatas, maka model matematis
yang dibangun dalam penelitian ini sebagai berikut:
Berdasarkan kerangka
analisis di atas maka dibentuk fungsi sebagai berikut:
Y1 = f (X1,
X2, X3)
Y2 = f (X1,
X2, X3, Y1)
Y3 = f (X1,
X2, X3, Y1, Y2)
Persamaan matematis:
Y1 = f (X1,
X2, X3)
Sehingga : Y1 = α0 +
α1X1 + α2X2 + α3X3+
µ1
Y2 = f (X1,
X2, X3, Y1)
Sehingga : Y2 = β0 + β1X1 + β2X2
+ β3X3 + β4Y1 + µ2
Y3 = f (X1, X2,
X3, Y1, Y2)
Sehingga Y3 = λ0 +
λ1X1 + λ2X2 + λ3X3 +
λ4 Y1 + λ5Y2 + µ3
Dari Model
struktural di atas, nampak bahwa ada empat model hubungan fungsional yang secara matematis dapat
dilihat pada model di atas.
Dari
model hubungan fungsional (model teoretis), masing-masing model tersebut, maka dibentuk model stocastic untuk
mengestimasi (memprediksi)
besarnya
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat :
Y1
= α1 + α1X1 + α2X2 + α3X3
+ µ1 (1)
Y2
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3
+ β4Y1 + µ2 (2)
Y3
= l0 + l1X1 + l2X2
+ l3Y1 + l4Y2
+ µ3 (3)
Y1 = α0
+ α1X1 + α2X2 + α3X3
+ µ1 (4)
- β2Y1
+ Y2 = β0 + β1X1
+ β2X2 + β3X3 + µ 2 (5)
-l2Y1 – l3Y2 + Y3 = l0 + l1X1 + l2X2 +
l3X3+ µ 3 (6)
Berdasarkan persamaan di atas, maka didapat persamaan
model estimasi untuk, masing-masing fungsi Y1, fungsi Y2 dan fungsi Y3 sebagai
berikut :
Y1 =
α0 + α1X1
+ α2X2 + α3X3 + e1;
Y2 =
α0β2 + α1β2X1
+ α2β2X2 +α3β3X3+
β4e1 + β0 + β1X1 + β2X2
+ β3X3 +e2
= (α0β2 + β0) +
β1X1 + β2X2+ β3X3 +α1β2X1
+ α1β2X2+ α1β3X3 +(β3e2
+ e2)
= (α0β1 + β0) +
(α1β2 + β1) X1 + (α1β2
+ β2) X2 + (α1β2
+ β2) X3 + (β3e2 + e2)
= Ө0 + Ө1 X1 +
Ө2 X2 + Ө3
X3 +μ1
Y3 = [α0
(β2 γ3 + γ2)] + [α1X1 (β2
γ3 + γ2)] + [α2X2 (β2 γ3
+ γ2)]+ [α3X3 (β2 γ3 + γ2)]
+ [e1 (β2 γ3 + γ2)] + [γ3
(β0) + [γ3 (β1X1)] + γ3
(β0) + [γ3 (β2X2)] + γ3
(β0) + [γ3 (β3X3)] + γ3
(β0) [γ3 (e2)] + [γ0 + γ1X
+ e3]
=
[α0 β2 γ3 + α0 γ2
+ β0 γ3 + γ0] + α1β2 γ3X1
+ α2β2 γ3X2 + α3β2
γ3X3 + α1 γ2X1 + α2
γ2X2+ α3 γ2X3 + β1
γ3X1 + β2 γ3X2 + β3
γ3X3 + γ1X1 + γ1X2
+ γ1X3 + [e1 β2 γ3 + e1
γ2+ e3]
= (α0 β2 γ3
+ α0 γ2 + β0 γ3 + γ0) +
(γ1 + α1 γ2 + β1 γ3 + α1
β2 γ3)X1 + (γ1 + α2 γ2
+ β2 γ3 + α2 β2 γ3)X2+
(γ1 + α3 γ2 + β3 γ3 + α3
β2 γ3)X3 + μ3
= ∂0 + ( ∂1 )X1 +( ∂1 )X2 +( ∂1 )X3+
μ2
Pengaruh Langsung (Direct Effect)
- α1
= Pengaruh langsung X1 terhadap Y1
- α2
= Pengaruh langsung X2 terhadap Y1
- α3
= Pengaruh langsung X3 terhadap Y1
- β1
= Pengaruh langsung
X1 terhadap Y2
- β2
= Pengaruh langsung X2 terhadap Y2
- β3
= Pengaruh langsung X3 terhadap Y2
- δ1
= Pengaruh langsung X1 terhadap Y3
- δ2
= Pengaruh langsung X2 terhadap Y3
- δ3
= Pengaruh langsung X3 terhadap Y3
- l1 = Pengaruh langsung Y1
Terhadap Y3
- l2 = Pengaruh langsung Y1
Terhadap Y2
- l3 = Pengaruh langsung Y2
Terhadap Y3
Pengaruh
Tak Langsung (Indirect Effect)
- α1β3 = Pengaruh tak langsung X1
terhadap Y2 melalui Y1
- α2β3 = Pengaruh tak langsung X2
terhadap Y2 melalui Y1
- α3β3 = Pengaruh tak langsung X3
terhadap Y2 melalui Y1
- α1δ3 = Pengaruh tak langsung X1
terhadap Y3 melalui Y1
- α2δ3 = Pengaruh tak langsung X2
terhadap Y3 melalui Y1
- α3δ3 = Pengaruh tak langsung X3
terhadap Y3 melalui Y1
- β1δ4 = Pengaruh tak langsung X1
terhadap Y3 melalui Y2
- β2δ4 = Pengaruh tak langsung X2
terhadap Y3 melalui Y2
- β3δ4 = Pengaruh tak langsung X3
terhadap Y3 melalui Y2
Pengaruh
Total (Total Effect)
- α1
= Total pengaruh X1 terhadap Y1
- α2
= Total pengaruh X2 terhadap Y1
- α3
= Total pengaruh X3 terhadap Y1
- π1
= α1β3 + β1 = Total pengaruh X1
terhadap Y2
- π2
= α2β3 + β2 = Total pengaruh X2
terhadap Y2
- π3
= α2β3 + β3 = Total pengaruh X3
terhadap Y2
- θ1
= α1β3δ4 + α1δ3+ β1δ4+
δ1 = Total pengaruh X1 terhadap Y3
- θ2
= α2β3δ4 + α2δ3+ β2δ4+
δ2 = Total pengaruh X2 terhadap Y3
- θ3
= α3β3δ4 + α3δ3+ β3δ4+
δ3 = Total pengaruh X3 terhadap Y3
Error
Term
- μ1
= Error term dari Y1
- μ2
= β3ε1 + ε2 = Error term dari Y2
- μ3
= β3δ4ε1 + δ3ε1 +
δ4ε2 + ε2 = Error term dari Y3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar