Sabtu, 17 Juni 2017

HUBUNGAN PERSONALITY TERHADAP KOMITMEN

Anteseden Komitmen Organisasi menurut Steers (1977) mengembangkan model anteseden komitmen organisasi yang meliputi: (1) karakteristik personal, (2) karakteristik yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, dan (3) pengalaman kerja.

Karakteristik personal yang terdiri dari usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa dan kepribadian berkolerasi dengan komitmen organisasi. (Mathieu & Zajac, 1990; Mowday dkk, 1982). 

Angle dan Perry (1981) serta Steers (1977) berpendapat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula harapannya sehingga tidak mungkin dipenuhi oleh organisasi; akibatnya semakin rendah komitmen karyawan pada organisasi. 

Mathieu dan Zajac (1990) juga menemukan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi negatif kecil dengan komitmen organisasi. 

Karakteristik personal lain, yaitu jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi. Angle dan Perry (1981) 

Hrebeniak dan Alutto (1972) menemukan bahwa wanita memiliki komitmen organisasi yang lebih tinggi daripada pria. 

Mathieu dan Zajac (1990) justru menemukan bahwa karyawan pria memiliki komitmen organisasi yang lebih tinggi daripada karyawan wanita. 

Lama kerja sebagai salah satu anteseden karakteristik personal juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap komitmen organisasi. Mathieu dan Zajac (1990) menemukan adanya korelasi yang positif rendah antara masa kerja dengan komitmen organisasi. 

Kelangsungan organisasi dipengaruhi oleh praktik dari komitmen, “Practice makes winners, we are what we repeadtedly do, excellence that is not an act but a habit (Aristoltle dalam Imam Ratrioso, 2004)”

Pegawai yang memiliki sifat sangat teliti, ramah (extroverted) dan umumnya mempunyai suatu pandangan positif pada hidup (optimis) sering cenderung lebih komit.

Usia dan masa kerja. Usia dan masa kerja berhubungan positif dengan komitmen organisasi (Steers, 1977; Mathieu dan Zajac, 1990; Meyer dan Allen, 1997, dalam Chughtai dan Zafar, 2006).

Tingkat Pendidikan. Makin tinggi tingkat pendidikan, makin banyak pula harapan individu yang mungkin tidak bisa diakomodir oleh organisasi, sehingga komitmennya semakin rendah (Steers, 1977; Glisson dan Durick, 1988, dalam Chughtai dan Zafar, 2006).

Jenis Kelamin (Tomhill et al., 1996, dalam Laka dan Mathebula, 2004). Wanita pada umumnya menghadapi tantangan yang lebih besar dalam pencapaian kariernya, sehingga komitmennya lebih tinggi.

Status Perkawinan. Seseorang yang sudah menikah menjadi merasa lebih terikat dengan organisasi tempatnya bekerja dibandingkan seseorang yang belum menikah (Johannes dan Taylor, 1999; Tsui et al., 1994, dalam Chughtai dan Zafar, 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar